Close-Knit / Karera ga Honki de Amu Toki wa / 彼らが本気で編むときは、

  • Director: Naoko Ogigami
  • Writer: Naoko Ogigami
  • Producer: Kumi Kobata, Mayumi Amano, Noriaki Takagi, Masashi Igarashi
  • Cinematographer: Kozo Shibasaki
  • Release Date: February 25, 2017
  • Runtime: 127 min.
  • Genre: Drama / Transgender
  • Distributor: Suurkiitos
  • Language: Japanese
  • Country: Japan

Rating : 9 / 10
- r e v i e w -

Sebenernya ini bukan kali pertama saya nonton film lgbt themed. Dulu pernah nonton The Danish Girl, dan jujur filmnya berkesan banget. Oh iya, saya mengharuskan penonton untuk menonton film ini dengan pikiran terbuka. Jadi jangan sampai hanya karena temanya yang tabu, kalian menjelek-jelekkan filmnya. Yuk, hargai karya seni orang lain! Oke, skip.

Close-Knit menceritakan seorang anak bernama Tomo (Kakihara Rinka) yg ditinggalkan ibunya untuk sementara sehingga ia terpaksa tinggal bersama pamannya yg bernama Makio (Kiritani Kenta) bersama pasangannya yg bernama Rinko (Ikuta Toma). Pamannya menjelaskan bahwa dulunya Rinko adalah seorang laki-laki, sehingga Tomo pun bingung dengan kondisi Rinko yg sebenarnya. Tapi lama kelamaan Tomo mulai menyadari bahwa Rinko tetap seorang perempuan, terlepas dari kondisi fisiknya yg 'belum sepenuhnya' perempuan.

Saya angkat topi dengan ide ceritanya. Sutradara sekaligus penulis naskah Ogigami Naoko nggak ragu-ragu untuk mengangkat topik sensitif yg cukup tabu khususnya di kalangan masyarakat Asia. Jalan ceritanya yang ringan dengan selingan humor yg menghangatkan hati membawa penonton lebih dekat secara emosional dengan sosok Rinko. Ketika cerita sudah sampai di titik konflik dimana Rinko—yg sudah dianggap Tomo sebagai ibunya sendiri—dipandang sebelah mata dan dipertanyakan identitasnya oleh masyarakat, sutradara Ogigami Naoko membawa rasa iba penonton mereda sesaat untuk melihat kenyataan yg ada di sekitar kita; bahwa mereka—kaum lgbt—sering menahan dan menyembunyikan diri agar tidak dibenci oleh keluarga mereka sendiri sehingga tidak jarang berujung pada bunuh diri.

dengan Ikuta Toma yg dengan sangat apik dan luwes berhasil memerankan seorang perempuan. Om Toma nggak 'kagok' saat ia merajut atau menata rambut Tomo. Pun, saat ia berdiri, postur tubuhnya sama sekali tidak terlihat seperti seorang laki-laki yg sedang berakting. Sayangnya, saya masih melihat lenggak-lenggok tubuh yg sedikit dipaksakan ketika ia berjalan.
Kiritani Kenta sendiri juga berhasil membawakan peran seorang kekasih sekaligus adik yg 'desperate' ingin membahagikan pasangannya namun tidak ingin mengecewakan kakaknya.

Satu hal yg dapat saya ambil dari film ini adalah bagaimana seharusnya kita me-respect mereka, bagaimana seharusnya kita sadar bahwa mereka juga punya keluarga, mereka juga punya mimpi, mereka juga punya perasaan sedih, marah, dan senang; bahwa sebenarnya mereka juga manusia yang ingin dihargai.

bonus :

Close-Knit lebih dari sekedar film yg bercerita tentang seorang wanita transgender. Dalam plotnya yg flawless, Ogigami Naoko ingin bercerita tentang motherhood dan womanhood serta pada saat yg sama ia juga ingin bercerita soal penerimaan jati diri. Such a beautiful movie.

A must watch!

By : JDC Member (Salsa)

Close-Knit (2017) Japanese Movie Review

Close-Knit / Karera ga Honki de Amu Toki wa / 彼らが本気で編むときは、

  • Director: Naoko Ogigami
  • Writer: Naoko Ogigami
  • Producer: Kumi Kobata, Mayumi Amano, Noriaki Takagi, Masashi Igarashi
  • Cinematographer: Kozo Shibasaki
  • Release Date: February 25, 2017
  • Runtime: 127 min.
  • Genre: Drama / Transgender
  • Distributor: Suurkiitos
  • Language: Japanese
  • Country: Japan

Rating : 9 / 10
- r e v i e w -

Sebenernya ini bukan kali pertama saya nonton film lgbt themed. Dulu pernah nonton The Danish Girl, dan jujur filmnya berkesan banget. Oh iya, saya mengharuskan penonton untuk menonton film ini dengan pikiran terbuka. Jadi jangan sampai hanya karena temanya yang tabu, kalian menjelek-jelekkan filmnya. Yuk, hargai karya seni orang lain! Oke, skip.

Close-Knit menceritakan seorang anak bernama Tomo (Kakihara Rinka) yg ditinggalkan ibunya untuk sementara sehingga ia terpaksa tinggal bersama pamannya yg bernama Makio (Kiritani Kenta) bersama pasangannya yg bernama Rinko (Ikuta Toma). Pamannya menjelaskan bahwa dulunya Rinko adalah seorang laki-laki, sehingga Tomo pun bingung dengan kondisi Rinko yg sebenarnya. Tapi lama kelamaan Tomo mulai menyadari bahwa Rinko tetap seorang perempuan, terlepas dari kondisi fisiknya yg 'belum sepenuhnya' perempuan.

Saya angkat topi dengan ide ceritanya. Sutradara sekaligus penulis naskah Ogigami Naoko nggak ragu-ragu untuk mengangkat topik sensitif yg cukup tabu khususnya di kalangan masyarakat Asia. Jalan ceritanya yang ringan dengan selingan humor yg menghangatkan hati membawa penonton lebih dekat secara emosional dengan sosok Rinko. Ketika cerita sudah sampai di titik konflik dimana Rinko—yg sudah dianggap Tomo sebagai ibunya sendiri—dipandang sebelah mata dan dipertanyakan identitasnya oleh masyarakat, sutradara Ogigami Naoko membawa rasa iba penonton mereda sesaat untuk melihat kenyataan yg ada di sekitar kita; bahwa mereka—kaum lgbt—sering menahan dan menyembunyikan diri agar tidak dibenci oleh keluarga mereka sendiri sehingga tidak jarang berujung pada bunuh diri.

dengan Ikuta Toma yg dengan sangat apik dan luwes berhasil memerankan seorang perempuan. Om Toma nggak 'kagok' saat ia merajut atau menata rambut Tomo. Pun, saat ia berdiri, postur tubuhnya sama sekali tidak terlihat seperti seorang laki-laki yg sedang berakting. Sayangnya, saya masih melihat lenggak-lenggok tubuh yg sedikit dipaksakan ketika ia berjalan.
Kiritani Kenta sendiri juga berhasil membawakan peran seorang kekasih sekaligus adik yg 'desperate' ingin membahagikan pasangannya namun tidak ingin mengecewakan kakaknya.

Satu hal yg dapat saya ambil dari film ini adalah bagaimana seharusnya kita me-respect mereka, bagaimana seharusnya kita sadar bahwa mereka juga punya keluarga, mereka juga punya mimpi, mereka juga punya perasaan sedih, marah, dan senang; bahwa sebenarnya mereka juga manusia yang ingin dihargai.

bonus :

Close-Knit lebih dari sekedar film yg bercerita tentang seorang wanita transgender. Dalam plotnya yg flawless, Ogigami Naoko ingin bercerita tentang motherhood dan womanhood serta pada saat yg sama ia juga ingin bercerita soal penerimaan jati diri. Such a beautiful movie.

A must watch!

By : JDC Member (Salsa)

No comments: